02 November 2011

Galau itu seperti ini

Note by Elitya Permana

kembali saya me-re-post tulisan adik kecil saya si eyik.

Ini adalah kisah gadis berkerudung merah yang berjibaku dalam dirinya sendiri karena sampai saat ini belum berhasil menaikkan berat badan. Bobot tubuhnya Cuma 40 kilogram. Mirip saya -.-a. Tapi jangan berfikir ini adalah saya. Karena di awal sudah saya katakan, ini kisah gadis berkerudung merah.

Saat itu terjadi rapat dewan anggota badannya,

Bibir: Hati itu seperti kaca. Saat hati jatuh, maka akan terjadi kisah ‘jatuh hati’. Rasanya melayang indah seperti menembus langit tujuh bidadari. Tidak lupa mampir ke awan sembari bermain bulu angsa. Bisa melihat indahnya dunia dari atas. Semuanya tampak kecil, yang besar cuma awan-awan yang mengelilingi. Bahagia. Tapi saat tak mampu mempertahankannya, masa itu akan berakhir dan kemudian.. Prakkk.. Jatuh. Patah. Patah hati.

Tapi semua itu tergantung kualitas kaca dan ketinggian tempat jatuh. Mmmmmh.. -.-‘

Makin tinggi posisi jatuh makin remuk kacanya. Apalagi kalo kualitasnya buruk.

Hati: Bibir, kamu kenapa ngomongin saya? Kenapa gak menganalogikan jatuh cinta itu seperti burung? Jadi setelah menjatuhkan diri, dia selalu bisa menjaga keseimbangannya di atas. Dan akan turun saat dia memutuskan untuk menyudahi kisahnya?

Bibir: Gatau ini, Cuma dapet instruksi dari otak kaya gini.

Hati: Woy otak, kamu kenapa si? Jangan menstimulus saya untuk galau lagi dong.

Otak: Justru karena stimulus galau dari kamu makanya isi diriku kaya begini. Hobi banget si galau?

Hati: Eh, kok nyalahin saya?

Otak: Lalu nyalahin siapa? Stimulus dari kamu dan sedikitnya pasokan bahan baku membuatku berpikir kemana-mana.

Hati: bahan baku apa?

Perut: Maaf ya otak, aku gak bisa mensuplaymu secara maksimal. Pasokanku juga dikit.

Otak: Nah, ada satu pihak mengaku.

Perut: Mau gimana lagi? Nafsu makan datang dan pergi begitu saja. Semua ku terima apa adanya (lagu ruang rindu letto). Aku sudah berusaha maksimal.

Nafsu makan: Kenapa aku dibawa-bawa? Aku ini sudah datang menghapiri kalian. Tapi kalian gak peduli. Sibuk dengan urusan yang lain. Kalo memang aku ini tidak penting, ya aku pergi. Kalian yang mau kan?

Otak, hati, perut: Diam #heningseketika

Perut: kenapa kamu tidak tinggal sedikit lebih lama nafsu makan?

Nafsu makan: kenapa kalian tidak segera menyambutku?

Kaki: Nafsu makan, kamu tahu tidak? Pernah suatu saat kamu datang dan aku langsung berperan menggerakkan langkahku. Memenuhi kebutuhan yang kau mau.

Tangan: iya, aku juga masak nasi waktu itu. Pas nasinya mateng. Dessssss.. Ngilang.. Kemana kamu waktu itu?

Hati: Dan setelah itu saya galau.

Otak: Yah, stimulus hati tersalurkan sudah padaku.

Otak, hati, kaki, tangan: #salingpandang #menunduk

Ditengah keheningan, ada secercah suara memecah sepi. Eh bukan secercah tapi sebuah..

Mmmmh.. -.-a. Sesuap, seucap. Halah, satuan suara apa siiii? >.

Pokoknya gitu.

Gadis kerudung merah: Hayooo ini pada ngapaiiiiiiiiiiiiiiiin? Rame banget kayanya.. ^.^

Otak: -.-‘

Hati: #galau

Nafsu makan: #sedih

Gadis kerudung merah: Kenapa sii kalian ini? -.-a

Nafsu makan: Kurus sekali kamu?

Gadis kerudung merah: Ih, kamu nyebelin. Semua ini gara-gara kamu tauk!! Kenapa si kamu kaya busway yang berhentinya cuma sebentar? Kenapa gak jadi angkot aja yang mau ngetem lamaaaaaaaa banget?

Nafsu makan: Mmmmmmh? ^.^ Kok kamu lucu? Ya iyalah saya milih jadi busway daripada angkot. Secara lebih keren gitu loh..

Gadis kerudung merah: Yaelah, udah datengnya lamaaaa.. Berhenti Cuma sebentar aja. Lebih mahal pula.. Mmmmmh.. -.-‘

Nafsu makan: yang penting nyaman, pake AC, gapake copet juga.

Gadis kerudung merah: Hedeeeeeeeeh.. apanya? Jarang dapet tempat duduk iya. Mending angkot pasti bisa duduk..

Nafsu makan: ya iyalah, kalo kamu mau berdiri di angkot mending jadi kernet. Dasar bocah -.-‘

Gadis kerudung merah: Stop! Hentikan bilang saya bocah. Paling benci dipanggil bocah >.<..>

Lagian kamu kenapa si belain busway banget. Kaya pernah naik aja.. -.-‘

Nafsu makan: Lho jangan salaaaah.. Saya pernah bernaung dalam dirimu saat kamu ngantri busway di pasar baru. Dengan sepatu berhak tinggi. Pas antriannya sangat mempesona. Panjangnya merajalela. Dan yang bikin makin sempurna deritanya, busway datang sangaaaaaatt lama. Ingat tidak pas kamu kelaperan di tengah antrian yang luar biasa dahsyatnya itu?

Gadis kerudung merah: Kamu memang menyebalkaaaaaaaaaaaaan..!!! Selalu datang pada kondisi begitu.. Pas turun dari busway, kamu.. Mmmmmmh.. Seperti ditelan bumi.. -.-‘

Seneng banget si mempermainkan saya? Maunya apa kamu?

Nafsu makan: Maunya kamu peduli padaku.

Gadis kerudung merah: Kurang peduli gimana lagiiii?

Nafsu makan: Setidaknya persiapkan semuanya sebelum aku datang, cantik.. J

Gadis kerudung merah: Mmmmmmh?-.-a

Nafsu makan: Pernah tidak sehari saja aku tak menyapamu?

Gadis kerudung merah: Mmmmmmh-.-a.. Lupa..

Nafsu makan: Hedeeeeeeeh.. Kamu memang gak pernah peduli padaku >.

Gadis kerudung merah: Hehee.. Saya bercanda kok :D, Iya kamu memang selalu datang.. Tapi waktunya gak tepat -.-‘..

Nafsu makan: Jangan salahkan waktu sayang. Yang perlu kau lakukan cukup mengatur jadwalmu.

Hingga kamu selalu punya waktu saat aku datang..

Gadis kerudung merah:begitu?

Nafsu makan: yap, setuju gak?

Gadis kerudung merah: He em.. J, Jadi sekarang kita jadian?

Nafsu makan: Boleh lah.. J

Gadis kerudung merah: Really really need you..:)

Nafsu makan: Never never leave you.. Segera aku menggendutkan dirimuuu :D

#ch*rrybelll

Hati: #Berbunga-bunga, bahagia..

Otak: #menerima stimulus positif

Bibir: Jatuh cinta itu memang amazing. Bisa dengan apa saja. Bahkan dengan sesuatu yang abstrak atau mungkin….. Mmmmh.. virtual..

Begitulah kegalauan gadis kerudung merah. Saya juga baru paham dari dia kalo galau itu sungguh menguras pikiran dan perasaan. Tapi meski udah tahu kaya gitu tetap saja kadang selalu mencari alasan untuk menggalau. Seperti ada yang kurang saat dia tidak hadir.

Jika dideskriptifkan, galau itu mungkin bentuknya seperti selaput tipis antara senang dan sedih, antara semangat dan putus asa, antara benar dan salah. Selaput tipis itu terus terdorong oleh dua arus perasaan yang saling bertolak belakang , hingga membuatnya terombang-ambing. Jika cerdas memanfaatkannya, moment galau bisa jadi wahana instropeksi dan menjadikan diri kita lebih baik. Tapi jika berlarut-larut, kita akan tenggelam dalam kesia-siaan.

Jadi ngeh juga kenapa idola saya, sebut saja namanya Donnie Sibarani gak pernah bilang “Jangan Galau”, tapi dia bilang “ Galaunya jangan lama-lama”. ^.^

Ya ya ya.. Jika ada yang tidak sependapat, mungkin karena mengartikan galau dari sudut pandang yang lain.

Selamat hari selasa istimewa. Gadis kerudung merah sudah menghabiskan 3 batang coklat hari ini. Padahal dia sudah sarapan lho.. ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar