23 September 2009

Pengemis dan Pengemis

Suatu ketika saya menghadiri acara buka puasa bersama teman-teman SMA yang ada di Jakarta. Tempat yang dipilih adalah D'Cost atrium senen. Saya datang sangat terlambat, karena kebetulan hari itu saya harus lembur. Dari otista, saya naik busway PGC-Senen. Meski hari libur, Jakarta tetep aja macet. Alhasil butuh waktu setengah jam untuk nyampai atrium.

Sampai di selter sentral senen, saya langsung turun dan jalan bergegas. Di luar area atrium dekat restoran Mc Donald, memang banyak saya jumpai pengemis, dari yang secara fisik masih gagah sampai yang memang secara fisik kurang beruntung. Pengemis pertama yang saya jumpai adalah seorang laki-laki berperawakan kecil, kurus, dan dekil. Tak jauh situ, saya temui seorang ibu-ibu mengemis juga. Secara fisik kondisinya lebih memprihatinkan dibanding pengemis yang pertama. Hal ini mungkin yang menyebabkan orang yang lalu lalang di situ mempunyai kecenderungan untuk memberi sedekah kepada pengemis yang kedua.

Saya berlalu begitu saja dihadapan mereka. Awalnya saya cuek aja. Tapi, tiba-tiba perhatian saya terusik oleh pertengkaran antara kedua pengemis itu. Samar-samar saya mendengar apa yang dikatakan bapak-bapak pengemis kepada ibu-ibu pengemis:

" Kamu, jangan deket-deket saya. Lihat tuh orang-orang pada ngasih kamu. Sini tuh tempat saya. Kalau mau mangkal agak jauh saja sana."

Ibu-ibu pengemis itu langsung bergeser tempat, tanpa protes lagi.

Ternyata kalau nggak ada perjanjian sebelumnya, antar pengemis aja cekcok ya

4 komentar:

  1. supaya ndaru lebih memahami dunia perngemisan, gimana kalo ndaru ngemis di gerbang BPS, adakah yg memberi?

    BalasHapus
  2. Oh para pengemis, sebenarnya apa sih maumu??

    BalasHapus
  3. Harusnya Kamu bilang sama pengemis itu Satu guru satu ilmu! Jangan ganggu!! he he he

    BalasHapus