Iseng aja ngamati pengemis yang sering ada di jembatan penyebrangan selter busway Budi Utomo. Setiap hari pulang pergi ke kantor, saya naik busway dan selalu naik turun lewat selter situ. Memang selter situ lumayan ramai, apalagi kalo jam masuk dan keluar kantor; karena selter Budi Utomo deket dengan pusat perkantoran. Paling tidak, di dekat kantorku (BPS-red) ada depkeu, bakorkamla, AL, kantor pos, bank, hotel, pasar baru, sekolahan, pusat perbelanjaan, dll.
Awalnya jembatan itu sepi, tak satu pun ada pengemis yang mangkal di situ. tapi sejak sekitar 3 bulan yang lalu ada seorang bapak-bapak gendut yang duduk manis di di situ. Cuma modal topi menghadap ke atas aja. Kalau lewat tiap pagi, iseng-iseng kulirik isi topinya. Wah dah berapa uang ribuan tuh yang ada di dalamnya. Ha..ha ..tapi aku juga gag tertarik deh punya profesi seperti ini.
Bapak ini cuma mangkal di pagi hari, paling cuma sekitar 3 jam-an di sini. Gag tahu habis itu kerja di tempat lain, atau berubah profesi kerja yang lain. Dari sudut pandang bisnis, bapak ini saya nilai pandai mencari lahan yang cocok buat berbisnis. Membuka lahan bisnisnya di tempat yang berprospek, di mana belum ada saingannya. Dia pengemis satu-satunya di tempat ini.
Cerita pun berubah; sekarang kalau aku berangkat ke kantor, ada wajah lain di masih di jembatan penyeberangan yang sama, masih dalam satu segmen, satu blok sensus, ada yang berprofesi sama. Awalnya dia duduk di tangga. Si bapak yang ini berperawakan kurus, berambut putih. Beda sekali sama bapak yang pertama tadi (gembul ...). Kalo bapak yang pertama bermodal topi, bapak ini bermodal kaleng. Mungkin untuk bisnis awal, pendapatan bapak ini kalah jauh dibanding bapak yang pertama. iseng juga sih kulihat kalengnya, isisnya gag sebanyak bapak yg pertama.
Kemariin, aku lupa hari dan tanggalnya. Seperti biasa aku pulang dari kantor. Naik busway dari selter ini. Bukan ada wajah yang lain lagi, tapi ternyata bapak yang kedua sudah menempati tempat biasa mangkal bapak yang pertama. Gantian kayaknya... Yang jadi pertanyaan saya, kira-kira kesepakatan apa yang telah terbina antara bapak pertama dan kedua. Apa kesepakatan untuk gantian shift kerja atau bagi hasil ya.
Awalnya jembatan itu sepi, tak satu pun ada pengemis yang mangkal di situ. tapi sejak sekitar 3 bulan yang lalu ada seorang bapak-bapak gendut yang duduk manis di di situ. Cuma modal topi menghadap ke atas aja. Kalau lewat tiap pagi, iseng-iseng kulirik isi topinya. Wah dah berapa uang ribuan tuh yang ada di dalamnya. Ha..ha ..tapi aku juga gag tertarik deh punya profesi seperti ini.
Bapak ini cuma mangkal di pagi hari, paling cuma sekitar 3 jam-an di sini. Gag tahu habis itu kerja di tempat lain, atau berubah profesi kerja yang lain. Dari sudut pandang bisnis, bapak ini saya nilai pandai mencari lahan yang cocok buat berbisnis. Membuka lahan bisnisnya di tempat yang berprospek, di mana belum ada saingannya. Dia pengemis satu-satunya di tempat ini.
Cerita pun berubah; sekarang kalau aku berangkat ke kantor, ada wajah lain di masih di jembatan penyeberangan yang sama, masih dalam satu segmen, satu blok sensus, ada yang berprofesi sama. Awalnya dia duduk di tangga. Si bapak yang ini berperawakan kurus, berambut putih. Beda sekali sama bapak yang pertama tadi (gembul ...). Kalo bapak yang pertama bermodal topi, bapak ini bermodal kaleng. Mungkin untuk bisnis awal, pendapatan bapak ini kalah jauh dibanding bapak yang pertama. iseng juga sih kulihat kalengnya, isisnya gag sebanyak bapak yg pertama.
Kemariin, aku lupa hari dan tanggalnya. Seperti biasa aku pulang dari kantor. Naik busway dari selter ini. Bukan ada wajah yang lain lagi, tapi ternyata bapak yang kedua sudah menempati tempat biasa mangkal bapak yang pertama. Gantian kayaknya... Yang jadi pertanyaan saya, kira-kira kesepakatan apa yang telah terbina antara bapak pertama dan kedua. Apa kesepakatan untuk gantian shift kerja atau bagi hasil ya.
Kayanya bagi hasil deh... Bapak yang endut itu pasti mikir "Kalo yang ngemis kurus, pasti lebih banyak yang ngasih, prospeknya lebih cerah". Jadi bapak yang endut itu tar tinggal malakin bapak yang kurus...
BalasHapus*pakar per-ngemis-an*
Menurut analisis pakar perminta-mintaan, nilai tawar dari Sang Pengemis yang bekerja pada jam-jam tertentu akan menjadi tinggi. Hal ini disebabkan adanya pembagian jam kerja di mana Kedua Pengemis ini punya Selter khusus di dekat Selter Trans Jakarta, momentum pelaksanaan program permintaan orang pada orang lain yang sedang lewat, dinilai pakar Perminta-minta sangat pas dan tidak berlebihan.
BalasHapusPengemis telah mampu menunjukkan keprofessionalitassannya sebagai orang yang dianggap kurang berdaya. Saya kira jangan menggunakan kaleng ataupun topi, sebagai tempat investasi, yang baik adalah membawa kuitansi sekaligus sebagai bukti perjanjian investasi.
Mohon Do'a Restu untuk Ujian Psikotest di BPS Jogja tgl 18 dan Wawancara besok,
Terima kasih.
Salam
Affan R.
di jembatan shelter Bidaracina juga biasanya ada pengemis mangkal, mungkin karena disitu deket kantor Pajak kali ya?
BalasHapus@Affan
Good luck.. :)
di jembatan shelter Gelanggang remaja juga ada. Ibu2 gendut bawa anak kecil...
BalasHapus